Piring KAYU AREN Model Wajik 25 x 17 cm Paket 12 Pcs
Selamat Datang di blog kami INDONESIA CRAFT sajian blog tentang penjualan produk herbal khas nusantara dari berbagai daerah dengan memanfaatkan potensi alam nusantara. Berikut ini adalah produk Piring KAYU AREN Model Wajik 25 x 17 cm Paket 12 Pcs , Persembahan team INDONESIA CRAFT kami jual dengan harga :
Selamat Datang di blog kami INDONESIA CRAFT sajian blog tentang penjualan produk herbal khas nusantara dari berbagai daerah dengan memanfaatkan potensi alam nusantara. Berikut ini adalah produk Piring KAYU AREN Model Wajik 25 x 17 cm Paket 12 Pcs , Persembahan team INDONESIA CRAFT kami jual dengan harga :
(harga belum termasuk ongkos kirim)
KODE PRODUK : PKAW2512
untuk order anda bisa klik link marketplace l sbb :
Berikut ini adalah foto produk yang kami tawarkan dan untuk melihat foto satu persatu siilahkan pelajari gambar di bawah ini dengan menggeser pada scroll yang tersendia.
Untuk melihat dan mempelajari terkait dengan artikel produk anda dapat menyimak tulisan di bawah ini.
KAYU AREN
Pohon aren merupakan salah satu tumbuhan penyeimbang ekosistem dan ekologi pedesaan. Fungsi istimewa pohon aren secara ekologis adalah sebagai pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut pohon aren sangat kokoh, dalam, dan tersebar sehingga memiliki fungsi penting bagi penahan erosi tanah. Selain itu, akar aren juga memiliki kemampuan mengikat air, sehingga pohon aren bisa ditanam di daerah yang relatif kering dan tidak perlu perawatan intensif. Ini juga membantu kelestarian lingkungan hidup terutama untuk penghijauan pada daerah lereng pegunungan dan sungai-sungai Sayangnya, budidaya aren di pedesaan Tatar Sunda saat ini kurang maksimal. Penyebabnya mungkin karena pada umumnya pohon-pohon aren yang tumbuh dan tersebar di kebun, huma dan talun (ladang) lebih utama dikembangbiakkan secara alami oleh careuh (musang). Semakin banyak musang yang mati karena diburu, maka semakin menurun pula populasi pertumbuhan pohon aren.
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk Tatar Sunda, tumbuhan aren memiliki keragaman fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya sebagai bahan upacara adat, bahan obat-obatan, bahan bangunan dan perabotan rumah tangga, sumber bahan pangan, serta pakan ternak. Di beberapa daerah di Tatar Sunda yang masih memegang teguh tradisi leluhur, aren merupakan salah satu bahan untuk upacara adat. Pelepah dan daun aren biasa digunakan untuk sawen pada tanam padi, penutup bibit tanaman padi yang baru tumbuh di persemaian, serta ngalaksa dan nyalin seusai panen padi. Selain itu, pelepah aren juga dijadikan bahan permainan anak-anak lolorian (semacam perosotan) dan lain-lain.
Secara ekonomi, pohon aren berfungsi sebagai sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat, misalnya bagi para pengolah nira dan gula aren. Nira aren dapat dibuat minuman (lahang) dan gula aren (gula kawung). Saguer, atau nira dari pohon aren juga dapat dibuat menjadi etanol (ethyl alcohol), yaitu bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas elpiji, dan bensin. Di kemudian hari mungkin nira bisa menjadi bahan bakar alternatif. Gula aren (palm sugar) juga tak kalah manfaatnya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang kualitasnya bagus, bisa dijual Rp 1.500,00 – 3.000,00. apalagi jika pasokan gula sedang menurun, harganya pasti cukup melambung. Satu bonjor (terdiri dari beberapa buah gula yang disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang yang sudah kering) bisa mencapai harga hingga Rp 100.000-an. Penghasilan yang lumayan berarti untuk masyarakat pedesaan. Di samping nira dan gula aren, parutan batang aren yang berbentuk halus dan biasanya dicampur dengan dedak gabah dan bekatul juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak itik dan bebek. Tepung (aci) batang pohon aren yang sudah cukup tua dapat dibuat bahan beragam makanan kue tradisional. Buah aren yang sudah cukup matang dapat diolah menjadi cangkaleng (kolang-kaling) yang menjadi makanan khas di bulan Ramadlan. Meskipun harganya tidak sebagus harga gula aren dan cenderung musiman, produksi cangkaleng dan aci kawung lumayan menguntungkan. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia seperti Temanggung, aci dan gula menjadi salah satu produk andalan bagi perekonomian masyarakat.
Daun aren yang masih muda biasa dimanfaatkan masyarakat pedesaan untuk bahan rokok linting yang diisi tembakau dan daun tuanya untuk bahan atap rumah. Ijuknya juga dapat digunakan untuk atap rumah, sapu, bahan tambang, penyaring air dan untuk sarang bertelur ikan di kolam. Sayangnya, saat ini sudah jarang rumah penduduk pedesaan yang beratapkan daun dan ijuk aren. Pemanfaatan ijuk sebagai atap masih terlihat untuk beberapa bangunan cagar budaya dan beberapa bangunan di objek wisata. Batang aren biasa digunakan sebagai saluran air (talang), titian (cukang), tongkat serta coet (cobek) ruyung. Selain itu, lidi dari tulang daun aren bisa dibuat sapu lidi seperti lidi daun kelapa, hanya lebih keras dan tidak mudah patah.
Khasiat pohon aren untuk perawatan kecantikan dan kesehatan
Kita mungkin sering terlupa dengan keberadaan berjuta tumbuhan tropis sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk hajat hidup manusia. Salah satunya ialah kemanfaatan pohon aren dalam menjaga kesehatan dan perawatan kulit. Nira aren dapat dijadikan bahan obat-obatan tradisional, misalnya untuk haid yang tidak teratur, sembelit, sariawan, radang paru-paru, disentri, kepala pusing, dan untuk memulihkan keletihan. Gula aren (palm sugar) juga berkhasiat untuk menghambat penyerapan kolesterol oleh tubuh karena memiliki kandungan kalori dan serat yang tinggi, sehingga baik untuk pencernaan. Berdasarkan penelitian, cuka dari tuak aren juga biasa dijadikan bahan ramuan biopestisida pembasmi serangga hama di huma/ladang (Iskandar dan Iskandar: 2005). Selain itu, akar muda pohon aren biasa digunakan untuk obat kencing batu ginjal, dan akar tuanya untuk bahan obat sakit gigi.
Berkaca kepada tradisi perawatan masa lampau tidak ada salahnya, toch banyak manfaat yang bisa didapat. Kondisi cuaca sering tak bersahabat dengan kulit dan ketahanan tubuh kita merupakani salah satu faktor yang patut kita antisipasi meskipun dengan cara dan bahan tradisional yang terlihat sederhana. Tangkai daun atau pelepah aren yang dibakar (sarerang kawung) biasa digunakan untuk bahan kosmetik tradisional, yaitu untuk menghaluskan kulit, menghilangkan jerawat, mengobati penyakit cacar, dan luka bakar. Hasil pembakaran pelepah aren berupa abu berwarna keputih-putihan itulah yang dinamakan sarerang kawung. Biasa digunakan sebagai pupur (bedak). Para wanita Sunda zaman dulu konon menggunakan sarerang kawung sebagai bedak sehari-hari agar kulitnya tetap halus dan bercahaya. Untuk penyakit cacar atau jerawat, bisa menggunakan sarerang kawung sebagai bedak setiap menjelang tidur atau pagi hari. Insya Allah, selain menghilangkan rasa gatal juga bisa menipiskan noda/flek dan menghaluskan kulit.
Pohon penghasil air manis ini ternyata multiguna, dari akar hingga buahnya memberikan manfaat yang beragam bagi kehidupan manusia. Satu hal yang patut diperhatikan ialah kelestariannya karena hingga saat ini masih sulit dilakukan pembudidayaan, terutama di daerah pedesaan. Keberadaan dan kelangsungan hidup para musanglah yang membuat pohon aren ini masih ada di beberapa tempat. Semoga pembudidayaan yang sedang digalakkan menjadi cara efektif untuk kelangsungan hidup pohon serbaguna ini.
BERSAMBUNG ........
Pohon aren merupakan salah satu tumbuhan penyeimbang ekosistem dan ekologi pedesaan. Fungsi istimewa pohon aren secara ekologis adalah sebagai pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut pohon aren sangat kokoh, dalam, dan tersebar sehingga memiliki fungsi penting bagi penahan erosi tanah. Selain itu, akar aren juga memiliki kemampuan mengikat air, sehingga pohon aren bisa ditanam di daerah yang relatif kering dan tidak perlu perawatan intensif. Ini juga membantu kelestarian lingkungan hidup terutama untuk penghijauan pada daerah lereng pegunungan dan sungai-sungai Sayangnya, budidaya aren di pedesaan Tatar Sunda saat ini kurang maksimal. Penyebabnya mungkin karena pada umumnya pohon-pohon aren yang tumbuh dan tersebar di kebun, huma dan talun (ladang) lebih utama dikembangbiakkan secara alami oleh careuh (musang). Semakin banyak musang yang mati karena diburu, maka semakin menurun pula populasi pertumbuhan pohon aren.
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk Tatar Sunda, tumbuhan aren memiliki keragaman fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya sebagai bahan upacara adat, bahan obat-obatan, bahan bangunan dan perabotan rumah tangga, sumber bahan pangan, serta pakan ternak. Di beberapa daerah di Tatar Sunda yang masih memegang teguh tradisi leluhur, aren merupakan salah satu bahan untuk upacara adat. Pelepah dan daun aren biasa digunakan untuk sawen pada tanam padi, penutup bibit tanaman padi yang baru tumbuh di persemaian, serta ngalaksa dan nyalin seusai panen padi. Selain itu, pelepah aren juga dijadikan bahan permainan anak-anak lolorian (semacam perosotan) dan lain-lain.
Secara ekonomi, pohon aren berfungsi sebagai sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat, misalnya bagi para pengolah nira dan gula aren. Nira aren dapat dibuat minuman (lahang) dan gula aren (gula kawung). Saguer, atau nira dari pohon aren juga dapat dibuat menjadi etanol (ethyl alcohol), yaitu bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas elpiji, dan bensin. Di kemudian hari mungkin nira bisa menjadi bahan bakar alternatif. Gula aren (palm sugar) juga tak kalah manfaatnya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang kualitasnya bagus, bisa dijual Rp 1.500,00 – 3.000,00. apalagi jika pasokan gula sedang menurun, harganya pasti cukup melambung. Satu bonjor (terdiri dari beberapa buah gula yang disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang yang sudah kering) bisa mencapai harga hingga Rp 100.000-an. Penghasilan yang lumayan berarti untuk masyarakat pedesaan. Di samping nira dan gula aren, parutan batang aren yang berbentuk halus dan biasanya dicampur dengan dedak gabah dan bekatul juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak itik dan bebek. Tepung (aci) batang pohon aren yang sudah cukup tua dapat dibuat bahan beragam makanan kue tradisional. Buah aren yang sudah cukup matang dapat diolah menjadi cangkaleng (kolang-kaling) yang menjadi makanan khas di bulan Ramadlan. Meskipun harganya tidak sebagus harga gula aren dan cenderung musiman, produksi cangkaleng dan aci kawung lumayan menguntungkan. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia seperti Temanggung, aci dan gula menjadi salah satu produk andalan bagi perekonomian masyarakat.
Daun aren yang masih muda biasa dimanfaatkan masyarakat pedesaan untuk bahan rokok linting yang diisi tembakau dan daun tuanya untuk bahan atap rumah. Ijuknya juga dapat digunakan untuk atap rumah, sapu, bahan tambang, penyaring air dan untuk sarang bertelur ikan di kolam. Sayangnya, saat ini sudah jarang rumah penduduk pedesaan yang beratapkan daun dan ijuk aren. Pemanfaatan ijuk sebagai atap masih terlihat untuk beberapa bangunan cagar budaya dan beberapa bangunan di objek wisata. Batang aren biasa digunakan sebagai saluran air (talang), titian (cukang), tongkat serta coet (cobek) ruyung. Selain itu, lidi dari tulang daun aren bisa dibuat sapu lidi seperti lidi daun kelapa, hanya lebih keras dan tidak mudah patah.
Khasiat pohon aren untuk perawatan kecantikan dan kesehatan
Kita mungkin sering terlupa dengan keberadaan berjuta tumbuhan tropis sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk hajat hidup manusia. Salah satunya ialah kemanfaatan pohon aren dalam menjaga kesehatan dan perawatan kulit. Nira aren dapat dijadikan bahan obat-obatan tradisional, misalnya untuk haid yang tidak teratur, sembelit, sariawan, radang paru-paru, disentri, kepala pusing, dan untuk memulihkan keletihan. Gula aren (palm sugar) juga berkhasiat untuk menghambat penyerapan kolesterol oleh tubuh karena memiliki kandungan kalori dan serat yang tinggi, sehingga baik untuk pencernaan. Berdasarkan penelitian, cuka dari tuak aren juga biasa dijadikan bahan ramuan biopestisida pembasmi serangga hama di huma/ladang (Iskandar dan Iskandar: 2005). Selain itu, akar muda pohon aren biasa digunakan untuk obat kencing batu ginjal, dan akar tuanya untuk bahan obat sakit gigi.
Berkaca kepada tradisi perawatan masa lampau tidak ada salahnya, toch banyak manfaat yang bisa didapat. Kondisi cuaca sering tak bersahabat dengan kulit dan ketahanan tubuh kita merupakani salah satu faktor yang patut kita antisipasi meskipun dengan cara dan bahan tradisional yang terlihat sederhana. Tangkai daun atau pelepah aren yang dibakar (sarerang kawung) biasa digunakan untuk bahan kosmetik tradisional, yaitu untuk menghaluskan kulit, menghilangkan jerawat, mengobati penyakit cacar, dan luka bakar. Hasil pembakaran pelepah aren berupa abu berwarna keputih-putihan itulah yang dinamakan sarerang kawung. Biasa digunakan sebagai pupur (bedak). Para wanita Sunda zaman dulu konon menggunakan sarerang kawung sebagai bedak sehari-hari agar kulitnya tetap halus dan bercahaya. Untuk penyakit cacar atau jerawat, bisa menggunakan sarerang kawung sebagai bedak setiap menjelang tidur atau pagi hari. Insya Allah, selain menghilangkan rasa gatal juga bisa menipiskan noda/flek dan menghaluskan kulit.
Pohon penghasil air manis ini ternyata multiguna, dari akar hingga buahnya memberikan manfaat yang beragam bagi kehidupan manusia. Satu hal yang patut diperhatikan ialah kelestariannya karena hingga saat ini masih sulit dilakukan pembudidayaan, terutama di daerah pedesaan. Keberadaan dan kelangsungan hidup para musanglah yang membuat pohon aren ini masih ada di beberapa tempat. Semoga pembudidayaan yang sedang digalakkan menjadi cara efektif untuk kelangsungan hidup pohon serbaguna ini.
BERSAMBUNG ........
0 comments:
Post a Comment